Dari
segala jenis phobia yang ada, yang paling mengancam adalah takut bermimpi. Karena
phobia mimpi menjangkiti setiap neuron harapan. Sedang harapan, adalah alasan
seseorang untuk tetap hidup. Bahkan jika hak kemerdekaan seseorang dirampas
dari tangan, tak ada satupun mampu memonopoli mimpi. Tapi mengapa masih banyak
orang takut bermimpi? Karena menjiwai mimpi butuh azzam bergunung – gunung.
Mungkin itulah sebabnya, banyak orang masih takut bermimpi.
Jika Bermimpi menstimulasi raga
untuk berbuat, maka mimpi selalu menunggu, menantikan sang kreator menjemputnya
ke dunia nyata. Mimpi tak pernah lelah untuk bertahan, hanya secara perlahan
terbunuh tanpa sadar. Sang kreator terbiasa membiarkan mimpinya digerogoti
jamur mimpi. Jamur yang berkembang setiap saat karena menyerah pada keadaan. Begitu
mudahnya membuat adonan mimpi lalu kemudian dijamuri hingga basi. Sehingga
mimpi seyogyanya segera direalisasikan. Karena jika tidak, mimpi itu akan
membusuk oleh jamur dan akhirnya hanya bongkahan angan – angan tanpa makna.
Lain halnya dengan manusia yang
merawat dan menjaga mimpinya dari jamur ini. wanita yang teguh serta tangguh
mempertahankan mimpi ditengah kekejaman suaminya yang menganggap seonggok
jasadnya adalah tuhan. Bahkan jasad itu yang dideklarasikan sebagai tuhan,
kelak akan dianggap sebagai hantu. Hantu keriput karena dibalsemi sampai tak
ada yang luput.
Dialah
wanita yang dijamin oleh Maha Penjamin, untuk menjadi ahli surgaNya. Wanita yang
namanya terpampang lulus pada papan pengumuman ahli syurga bersama tiga wanita
tangguh lainnya. Asiyah, nama yang sudah tak asing lagi yang sering ditemui
oleh para pecinta hikmah. Seorang istri yang bukan hanya taat pada suaminya,
namun taat pada Penciptanya. Wanita penggenggam bara api di dunia dan mata air
di syurga.
Mendengar
seorang tukang sisir rambut putri Fir’aun dan kelima anak yatim asuhannya digoreng
dalam kuali besar penuh minyak yang mendidih hingga matang, karena selalu
mengamini iman pada Rabb sejatinya. Tidak lantas membuat bulu kuduk Asiyah
merinding, takut akan kekejaman suaminya. Hal ini bahkan menguatkan Asiyah
untuk melaksanakan kurikulum mimpinya yang telah dia canangkan setelah
berhembus kabar mengenai wanita tukang sisir tersebut.
Cinta
hakiki yang menjadi program unggulan kurikulum mimpi Asiyah, semakin
menjengkelkan suaminya. Berkali – kali lisan Asiyah berusaha dibengkokkan oleh
pedang, tak sedikitpun lidahnya mangkir untuk berucap Fir’aun sang tuhan
semesta. Kekesalan Fir’aun berada pada titik didih karena Asiyah tidak mau
mengimani dirinya sebagai tuhan. Bahkan pembangkangan Asiyah terhadap dirinya
semakin ke ubun - ubun saat Asiyah berkata Tuhan Asiyah adalah tuhannya pula.
Merasa
digertak oleh makhluk yang dia anggap lemah ini, membuat Fir’aun tidak tinggal
diam lalu ikut mengamini apa yang terucap dari lisan Asiyah. Beberapa budak
yang jiwa, raga bahkan mimpinya dapat dibeli, diperintahkan untuk membawa
Asiyah. Asiyah pun diikat kaki dan tangannya di tiang pengakuan. Mereka segera
memukuli Asiyah yang dulu mereka anggap sebagai majikannya, karena masih
menyandang status Permaisuri Fir’aun. Tak ada gurat sesal terpatri di wajah
budak Fir’aun, yang mereka tahu hanya daging dan buah – buahan yang enak
memenuhi kantong lambungnya setelah melaksanakan titah sang diktator.
Meski
dipukuli hingga setengah tak sadarkan diri, Asiyah yakin yang terampas darinya
hanyalah hak kemerdekaan jasadnya yang kelak akan terkubur di bawah tanah atau
membusuk bersama makhluk lainnya. Tapi, mimpinya tak pernah dibiarkan membusuk
seperti jasadnya. Dia tidak akan pernah membiarkan mimpinya digerogoti jamur
mimpi. Jamur yang senantiasa tumbuh subur pada keadaan kondusif seperti yang
Asiyah alami.
Asiyah
membasmi jamur mimpi semampu yang dia bisa. Hingga saat wajah dan tubuhnya diwarnai
biru ungu oleh krayon pukulan budak - budak Fir’aun, mimpinya segera dia
utarakan pada Dzat yang tiada akhir. “Ya Alloh, bangunkanlah untukku rumah di
syurga”. Saat itu pula langit membukakan tabirnya dan mempertontonkan rumah di
syurga untuk Asiyah.
Alloh
telah mempersiapkan rumah itu untuk Asiyah dari semen ketaatan, pondasi
keimanan, beton – beton ketakwaan dan cat yang dihiasi dari keistiqomahan yang
Asiyah kumpulkan dari perjuangannya di dunia. Pada saat itu pula Asiyah segera
berlari menuju rumahnya di syurga, jasadnya yang terbujur kaku di tiang
pengakuan, dia tinggalkan tanpa menoleh sedikitpun.
Wanita
teladan sepanjang zaman ini telah menggapai mimpinya. Hingga akhirnya
keimanannya berbuah manis yakni rumah di syurga. Mimpi mana yang lebih indah
dari Asiyah selain mendapatkan rumah di syurga?. Hal ini karena Asiyah menjaga
ladang mimpinya dari jamur – jamur mimpi. Dia senantiasa merawat, menyiram dan
memberi pupuk keimanan pada ladang mimpi yang dia tanam.
Rabbnya
telah mencabut jamur mimpi hingga ke akar yang siap menggerogoti mimpi Asiyah
memiliki rumah di syurga. Karena jamur mimpi itu adalah keputusasaan. Keputusasaan
yang sering tumbuh dan berkembang pada saat – saat ujian datang menggoyahkan
mimpi, menyerap saripati mimpi, yang mengandung keyakinan dan kesyukuran.
No comments:
Post a Comment