Tak
terasa beberapa hari ke depan lebaran sudah menanti. Tapi tak ada yang spesial.
Walaupun sebenarnya sedikit berbeda dengan Ramadhan yang sebelumnya, Ramadhan
kali ini sering pulang-pergi kampus-rumah. Karena aku bukan hanya memikirkan
aku dan duniaku. Namun aku dan dunia anak, aku dan dunia para mahasiswa baru.
Ya, sedikit bermanfaat di bulan Ramadhan tidak ada salahnya kan?. Tapi pada
hakikatnya semua masih sama seperti Ramadhan sebelumnya seperti tarawih bersama, shaum, berbuka dan akhirnya
nanti bermaaf-maafan.
Seiring
berjalannya aku mengikuti tarbiyah, Ramadhan kali ini harus lebih bermanfaat
untuk orang lain. Akhirnya, aku memutuskan untuk bekerjasama dengan kakak kandungku Kak Ibrahim untuk membagikan makanan dan ta’jil untuk orang lain
berbuka. Kakakku segera mengiyakan ideku ini. setelah itu, tanpa pikir panjang
kami pergi berbelanja ke pasar untuk memasak makanan dan membeli bahan – bahan
untuk ta’jil. ‘asyik sekali’ pikirku dalam hati. Karena, ini pertama kalinya
aku berbelanja dan akan memasak untuk orang lain tanpa dibayar. Karena aku
sedikit phobia terhadap pasar, aku meminta kakakku untuk tidak berlama-lama
disana. Entahlah, mungkin terlalu banyak manusia berlalu lalang sedikit membuat
kepalaku pusing. Bisa juga dibilang trauma karena aku pernah sempat mau pingsan
di Pasar Baru Bandung yang luar biasa penuh menjelang lebaran.
‘Misi
pertama selesai’ ungkapku. Bahan – bahan makanan telah kami bawa pulang untuk
dimasak. Di rumah, aku begitu bersemangat untuk memasak, terutama membuat
hidangan ta’jilnya. Setelah semua selesai dibuat. Kami membungkus makanan –
makanan tersebut dalam plastik dan kertas nasi. Kami membuatnya agak terburu-buru,
berkejaran dengan waktu yang menunjukkan menjelang adzan magrib beberapa jam
lagi. Tidak banyak yang kami buat. Mengingat dananya pun hanya bersumber dari
kakakku dan aku. Kedua orang tuaku mendukung aksi kami berdua. Aku hanya
meminta do’a mereka semoga kami bertemu orang – orang yang tepat untuk berbagi.
Kami
bersiap untuk membagikannya di sekitar Jakarta Selatan walau hanya berdua. Aku dan
kakakku pergi ke tujuan pertama yakni daerah Warung Jati Timur. Setiap laju motor yang
dikendarai kakakku tak hentinya aku menatap kearah sekitar untuk dijadikan
target pertama pembagian makanan buatan kami. Untungnya, tidak lama kemudian
aku melihat ibu yang tidak bisa melihat sedang duduk di depan toko. Aku segera
menghampirinya dan memberikan makanan serta ta’jil. Meski sekedar makanan
penahan lapar, rasanya dia begitu bahagia menerimanya. Tapi sebenarnya yang
paling bahagia adalah aku. Senyum mengembang tak hentinya diwajahku. Saat –
saat memberi adalah momen yang begitu membahagiakan. Beberapa kali aku mengucap
syukur karena masih diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu di Ramadhan 1431
Hijriah kali ini.
Lalu,
kami kembali mencari target selanjutnya. Sayangnya, cuaca tidak bersahabat.
Hujan turun, sedang kami berkendara dengan motor. Alhamdulillah, makanan aman
didalam ranselku tidak terkena hujan. Hanya kami yang kepayahan karena hujan
tanpa payung atau jas hujan. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat kami
untuk membagikannya. Makanan masih banyak yang harus dibagikan. Kami berhenti
sejenak untuk membagikan makanan pada satu keluarga peminta – minta yang sedang
mencari perlindungan dari hujan. Orang - orang sedikit menatap kami laiknya
orang aneh. Biarlah, aku senang dibilang aneh. Beberapa makanan dan ta’jil
telah dibagikan pada para pedagang yang sudah lanjut usia.
Aku
dan Kakakku memutuskan untuk berteduh sampai hujan reda. Sayangnya, hujannya
tak reda – reda waktu terus berjalan ke arah adzan maghrib sisa makanan tinggal
beberapa lagi. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan itu meski dengan hujan
yang agak lebat. Kami memutar arah ke sekitar Pasar Minggu Raya, disana kami menemukan bapak
peminta minta yang menggunakan tongkat untuk berjalan. Beliau berucap terima
kasih, aku pun berucap terima kasih karena mau menerima pemberian kecil dari
kami.
Cuaca
sedikit demi sedikit menunjukkan perubahan untuk mendukung tindakan kami
dengan meredanya hujan. Kami melanjutkan perjalanan dan mulai
membagikan sisanya. ‘Alhamdulillah, akhirnya semuanya telah dibagikan. Saatnya
berbuka dengan keluarga’ pikir kami. Semoga ini bukan Ramadhan yang terakhir
aku dan kakakku membagikan makanan, tapi menjadi awal bagi kami untuk selalu
memberi.
No comments:
Post a Comment