Bismillaahirrahmaanirrahiim
Akhir-akhir ini saya sering
mendengarkan ceramah khususnya bagian sesi tanya-jawab dari seorang da’i
internasional yakni dr. Zakir Naik. Gaya khas beliau yang tegas, straight to
the point dan mudah dipahami namun logis bagi kita si pendengar. Sebelumnya
beliau sudah lebih banyak dikenal orang, namun saya baru ‘kecanduan’ ceramah
beliau di hari kemarin. Ceramah yang saya dengar kemarin berkaitan dengan
falsification test atau tes kepalsuan, karena basic beliau adalah seorang
scientist baik dalam aspek medis maupun dalam aspek perbandingan agama membuat
beliau memahami bagaimana para ilmuwan bekerja.
Falsification test atau tes
kepalsuan adalah tes yang dilakukan untuk menguji sejauh mana teori yang
diajukan seseorang itu berhasil(benar) atau gagal(salah). Jadi, jika seseorang
ingin mengajukan kepada para ilmuwan sebuah teori, dan menyatakan bahwa
teorinya itu benar, seseorang tersebut harus memberikan alat untuk menguji
kesalahan teori yang diajukannya tersebut. Hal ini bertujuan karena dengan
banyaknya orang mengajukan beragam teori, para ilmuwan tidak mampu
menganalisanya satu persatu sehingga dimunculkanlah tes kepalsuan.
Sebagaimana Albert Einstein
mengajukan teori relativitas, teorinya tersebut diajukan bersamaan 3 alat untuk
menguji kesalahan atau membantah teorinya. Selama 6 tahun berlalu ternyata
teori relativitas bisa diterima. Contoh sederhananya jika saya mengajukan
sebuah teori baju putih yang menyatakan ‘Setiap Idul Adha semua orang pasti
berpakaian putih’ sambil saya mengajukan teori baju putih itu saya memberikan
alat untuk menguji kesalahannya alatnya yakni apabila dalam kurun waktu 3 tahun
ada yang berpakaian tidak putih saat Idul Adha maka teori saya salah atau tidak
dapat dibenarkan. See? Nah kerennya lagi bahwa ternyata Alloh sudah lebih
dahulu menggunakan ‘falsification test’ yang digunakan dan dinamai demikian oleh
para ilmuwan saat ini.
Jika kita merujuk pada ceramahnya
dr. Zakir Naik beliau mencontohkan tentang Abu Lahab. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa Abu Lahab namanya diabadikan oleh Alloh dalam Al-Qur’an, yang
berisikan celakanya Abu Lahab dan istrinya di akhirat nanti. Surat tersebut
diturunkan 10 tahun sebelum Abu Lahab tewas di perang Badar. Artinya, ada
durasi 10 tahun untuk Abu Lahab bertaubat. Selama ini Abu Lahab selalu membantah
setiap pernyataan Nabi Muhammad SAW. Apabila Nabi Muhammad SAW memberikan
ceramah, Abu Lahab menunggu sampai beliau selesai memberikan ceramah dan pergi,
kemudian mendekati si pendengarnya dan membalikan semua kata-kata Nabi Muhammad
SAW.
‘Apa yang dikatakan Nabi Muhammad
SAW? Jika dia berkata atas yang benar adalah bawah, jika dia berkata kanan yang
benar adalah kiri dst’. Dengan diturunkannya surat Al-Lahab, Abu Lahab cukup
berbohong satu kali saja, bahwa dia adalah muslim terlepas dia melakukan ibadah
atau tidak, munafik atau tidak, dia cukup berbohong satu kali untuk membantah kebenaran
Al-Qur’an khususnya Q. S. Al Lahab dengan durasi 10 tahun. Padahal teman-temannya
saat itu banyak sekali yang akhirnya masuk Islam, tapi Abu Lahab tetap saja
kafir. Mengapa? Karena Alloh tahu dan Maha Mengetahui bagaimana akhir hidup
dari Abu Lahab.
Tes kepalsuan Al-Qur’an telah
terlewati dan teruji sampai akhir zaman, bahwa Al-Qur’an memang benar datang
dari sisi Alloh. Masih banyak contoh lainnya seperti kemenangan bangsa Romawi
atas bangsa Persia yang digambarkan dalam Q. S. Ar-Rum yang turun sebelum
kemenangan bangsa Romawi berlangsung. Dari sekian pemaparan dr. Zakir Naik, saya
menemukan satu hal, yakni bahwa Alloh menerapkan falsification test pada
manusia, pada hambaNya.
Masih ingat Q. S. Al-Ankabut ayat
2-3? “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan,
‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, maka Alloh pasti mengetahui orang-orang yang benar
dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”. Jadi, jika setiap diri kita
adalah seorang yang mengajukan teori:saya adalah orang yang beriman, maka kita
harus siap dengan falsification test atau tes kepalsuan dari teori iman yang
kita ajukan kepada Alloh. Ataukah kita mengajukan teori:saya layak masuk surga
dengan rahmat Alloh, maka kita harus selalu siap dengan falsification test yang
Alloh berikan.
Itulah masalah, itulah ujian yang
selalu kita keluhkan setiap harinya. Jika saja pada saat itu Isaac Newton
mengikuti perintah gereja dan bungkam terhadap beragam teori yang diajukannya,
mungkin kita tidak akan pernah mengenal hukum gravitasi yang sebelumnya
hanyalah sebuah teori dari seorang ilmuwan bernama Isaac Newton. Seperti yang
kita ketahui bahwa para ilmuwan pada masa itu, banyak mengalami penyiksaan jika
tidak taat pada gereja. Yah paling-paling dibakar hidup-hidup dan dianggap
penyihir karena menentang gereja.
Tapi mereka tetap dengan
pendirian mereka yang banyak bertentangan dengan pendapat gereja. Sehingga sampai
saat ini kita mengenal ilmu pengetahuan yang kita pelajari dewasa ini. (Untungnya,
meskipun banyak karya yang diciptakan oleh para ilmuwan muslim yang minim
publikasi, pada masa kekhalifahan para ilmuwan muslim tidak mengalami hal
serupa, bahkan pada masa kekhalifahan Harun Al Rasyid para ilmuwan begitu
dimuliakan). Jadi, setiap pernyataan mengandung konsekuensi. Pernyataan diri
kita adalah bahwa kita beriman dengan menyatakan diri bergama Islam, dimana? Kok
bisa? Contoh kecil di KTP kita bahwa kita beragama Islam (walaupun sempat ada
isu penghapusan kolom agama).
Orang yang di KTP nya bergama
Islam namun tidak mencerminkan berperilaku Islam, menurut saya bukan Islam KTP,
dia hanya gagal dalam falsification test atau tes kepalsuan beragama Islam. Sebenarnya,
tanpa KTP pun setiap diri kita, selama kita masih hidup di dunia kita masih
diuji kepalsuan. Karena jauh sebelum kita ada di dunia, Alloh telah mengambil
janji kita, kita telah mengajukan teori kita bahwa kita hanya akan menyembah
Alloh SWT dan tidak akan menyekutukanNya. Hanya saja kita tidak ingat akan hal
ini, pas ingat nanti di hari kiamat (naudzubillahi min dzaallik, jangan sampai
baru sadar pada saat hari pembalasan).
Jika Albert Einstein memerlukan 6
tahun untuk membenarkan teorinya dan juga harus mengajukan alat untuk menguji
terorinya, maka kita memerlukan atau memanfaatkan waktu hidup kita di dunia
untuk membenarkan keimanan kita yang kita ajukan pada Alloh dan Alloh lah yang
akan menyediakan alat untuk menguji teori kita sesuai dengan kemampuan kita. Dan
kita pun tidak pernah tahu seberapa lama hidup kita di dunia. Oleh karena itu,
buatlah teori kita ini berhasil dihadapan Alloh SWT, bertahanlah dalam ujian
yang Dia siapkan untuk kita.
Ternyata Islam adalah agama yang
paling logis, ilmiah, rasional jauh sebelum pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini. Rasanya kurang keren dan sangat tidak cerdas kalau kita
tidak beragama Islam. Eits, dari dulu saya Islam kok. Tunggu dulu, ketika saya
mendengarkan tanya-jawab dr. Zakir Naik di sesi yang lain, beliau menyatakan
seperti ini ‘saya mendapatkan agama Islam dari ayah saya (Islam keturunan)
selama 19 tahun, setelah itu saya adalah seorang Muslim’ kurang lebih seperti
itu. Itu terjadi saat ada seseorang yang berkata kepada beliau bahwa pantas
saja beliau mampu berdakwah sedemikian rupa, karena beliau sudah terlahir
sebagai orang Islam sejak kecil. Padahal beliau betul-betul menyadari
pilihannya bahwa Islam memang agama yang beliau pilih setelah melakukan studi
perbandingan agama yang ada di dunia, barulah beliau mantap dalam berIslam.
Yah bayangkan saja, beliau hapal
kitab Injil, Wedha dll melebihi para penganutnya sendiri, sampai setiap detil
nomor surat, ayat bahkan penafsirannya! Kalau Al-Qur’an sudah pasti jangan
ditanya lagi, setiap ada kesempatan berceramah tak pernah lepas darinya
ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi beliau semakin meyakini bahwa Islam memang
benar-benar agama yang Alloh ridhoi, setelah sekian lama pencarian beliau. Nah,
jangan-jangan kita belum juga berIslam? Maksudnya, kita belum mantap dalam
berIslam, maka jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu Alloh yang
luar biasa luas.
Bisa jadi usia keIslaman kita
baru satu-dua tahun, atau bahkan belum sama sekali. Jadi jangan sampai kita
santai di zona nyaman kita dengan meyakini bahwa orang Islam pasti masuk surga
paling masuk 1-2 hari di neraka, karena ada juga orang Islam tapi ditempatkan
di neraka paling bawah di keraknya neraka, paling berat siksaannya. Dialah para
orang munafik (naudzubillah tsumma naudzubillah). 1 hari di neraka saja setara
dengan 50.000 tahun di dunia. Semoga setiap kebaikan yang kita lakukan mampu
menghantarkan hidayah Alloh dan semoga Alloh pilih kita menjadi ahlul jannah
(Aamiin).
Alloh is the greatest scientist
in the universe. PengetahuanNya meliputi segala hal. Dan kita adalah
ilmuwan-ilmuwan cilik yang hendak mengajukan teori keimanan kita pada Alloh. Semoga
kita berhasil dari falsification testnya Alloh. Wallohu Alam.
No comments:
Post a Comment