Friday, September 25, 2015

Tes Kepalsuan




Bismillaahirrahmaanirrahiim


Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan ceramah khususnya bagian sesi tanya-jawab dari seorang da’i internasional yakni dr. Zakir Naik. Gaya khas beliau yang tegas, straight to the point dan mudah dipahami namun logis bagi kita si pendengar. Sebelumnya beliau sudah lebih banyak dikenal orang, namun saya baru ‘kecanduan’ ceramah beliau di hari kemarin. Ceramah yang saya dengar kemarin berkaitan dengan falsification test atau tes kepalsuan, karena basic beliau adalah seorang scientist baik dalam aspek medis maupun dalam aspek perbandingan agama membuat beliau memahami bagaimana para ilmuwan bekerja.


Falsification test atau tes kepalsuan adalah tes yang dilakukan untuk menguji sejauh mana teori yang diajukan seseorang itu berhasil(benar) atau gagal(salah). Jadi, jika seseorang ingin mengajukan kepada para ilmuwan sebuah teori, dan menyatakan bahwa teorinya itu benar, seseorang tersebut harus memberikan alat untuk menguji kesalahan teori yang diajukannya tersebut. Hal ini bertujuan karena dengan banyaknya orang mengajukan beragam teori, para ilmuwan tidak mampu menganalisanya satu persatu sehingga dimunculkanlah tes kepalsuan. 

Sebagaimana Albert Einstein mengajukan teori relativitas, teorinya tersebut diajukan bersamaan 3 alat untuk menguji kesalahan atau membantah teorinya. Selama 6 tahun berlalu ternyata teori relativitas bisa diterima. Contoh sederhananya jika saya mengajukan sebuah teori baju putih yang menyatakan ‘Setiap Idul Adha semua orang pasti berpakaian putih’ sambil saya mengajukan teori baju putih itu saya memberikan alat untuk menguji kesalahannya alatnya yakni apabila dalam kurun waktu 3 tahun ada yang berpakaian tidak putih saat Idul Adha maka teori saya salah atau tidak dapat dibenarkan. See? Nah kerennya lagi bahwa ternyata Alloh sudah lebih dahulu menggunakan ‘falsification test’ yang digunakan dan dinamai demikian oleh para ilmuwan saat ini. 

Jika kita merujuk pada ceramahnya dr. Zakir Naik beliau mencontohkan tentang Abu Lahab. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Abu Lahab namanya diabadikan oleh Alloh dalam Al-Qur’an, yang berisikan celakanya Abu Lahab dan istrinya di akhirat nanti. Surat tersebut diturunkan 10 tahun sebelum Abu Lahab tewas di perang Badar. Artinya, ada durasi 10 tahun untuk Abu Lahab bertaubat. Selama ini Abu Lahab selalu membantah setiap pernyataan Nabi Muhammad SAW. Apabila Nabi Muhammad SAW memberikan ceramah, Abu Lahab menunggu sampai beliau selesai memberikan ceramah dan pergi, kemudian mendekati si pendengarnya dan membalikan semua kata-kata Nabi Muhammad SAW. 

‘Apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW? Jika dia berkata atas yang benar adalah bawah, jika dia berkata kanan yang benar adalah kiri dst’. Dengan diturunkannya surat Al-Lahab, Abu Lahab cukup berbohong satu kali saja, bahwa dia adalah muslim terlepas dia melakukan ibadah atau tidak, munafik atau tidak, dia cukup berbohong satu kali untuk membantah kebenaran Al-Qur’an khususnya Q. S. Al Lahab dengan durasi 10 tahun. Padahal teman-temannya saat itu banyak sekali yang akhirnya masuk Islam, tapi Abu Lahab tetap saja kafir. Mengapa? Karena Alloh tahu dan Maha Mengetahui bagaimana akhir hidup dari Abu Lahab. 

Tes kepalsuan Al-Qur’an telah terlewati dan teruji sampai akhir zaman, bahwa Al-Qur’an memang benar datang dari sisi Alloh. Masih banyak contoh lainnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia yang digambarkan dalam Q. S. Ar-Rum yang turun sebelum kemenangan bangsa Romawi berlangsung. Dari sekian pemaparan dr. Zakir Naik, saya menemukan satu hal, yakni bahwa Alloh menerapkan falsification test pada manusia, pada hambaNya. 

Masih ingat Q. S. Al-Ankabut ayat 2-3? “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Alloh pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”. Jadi, jika setiap diri kita adalah seorang yang mengajukan teori:saya adalah orang yang beriman, maka kita harus siap dengan falsification test atau tes kepalsuan dari teori iman yang kita ajukan kepada Alloh. Ataukah kita mengajukan teori:saya layak masuk surga dengan rahmat Alloh, maka kita harus selalu siap dengan falsification test yang Alloh berikan. 

Itulah masalah, itulah ujian yang selalu kita keluhkan setiap harinya. Jika saja pada saat itu Isaac Newton mengikuti perintah gereja dan bungkam terhadap beragam teori yang diajukannya, mungkin kita tidak akan pernah mengenal hukum gravitasi yang sebelumnya hanyalah sebuah teori dari seorang ilmuwan bernama Isaac Newton. Seperti yang kita ketahui bahwa para ilmuwan pada masa itu, banyak mengalami penyiksaan jika tidak taat pada gereja. Yah paling-paling dibakar hidup-hidup dan dianggap penyihir karena menentang gereja. 

Tapi mereka tetap dengan pendirian mereka yang banyak bertentangan dengan pendapat gereja. Sehingga sampai saat ini kita mengenal ilmu pengetahuan yang kita pelajari dewasa ini. (Untungnya, meskipun banyak karya yang diciptakan oleh para ilmuwan muslim yang minim publikasi, pada masa kekhalifahan para ilmuwan muslim tidak mengalami hal serupa, bahkan pada masa kekhalifahan Harun Al Rasyid para ilmuwan begitu dimuliakan). Jadi, setiap pernyataan mengandung konsekuensi. Pernyataan diri kita adalah bahwa kita beriman dengan menyatakan diri bergama Islam, dimana? Kok bisa? Contoh kecil di KTP kita bahwa kita beragama Islam (walaupun sempat ada isu penghapusan kolom agama). 

Orang yang di KTP nya bergama Islam namun tidak mencerminkan berperilaku Islam, menurut saya bukan Islam KTP, dia hanya gagal dalam falsification test atau tes kepalsuan beragama Islam. Sebenarnya, tanpa KTP pun setiap diri kita, selama kita masih hidup di dunia kita masih diuji kepalsuan. Karena jauh sebelum kita ada di dunia, Alloh telah mengambil janji kita, kita telah mengajukan teori kita bahwa kita hanya akan menyembah Alloh SWT dan tidak akan menyekutukanNya. Hanya saja kita tidak ingat akan hal ini, pas ingat nanti di hari kiamat (naudzubillahi min dzaallik, jangan sampai baru sadar pada saat hari pembalasan). 

Jika Albert Einstein memerlukan 6 tahun untuk membenarkan teorinya dan juga harus mengajukan alat untuk menguji terorinya, maka kita memerlukan atau memanfaatkan waktu hidup kita di dunia untuk membenarkan keimanan kita yang kita ajukan pada Alloh dan Alloh lah yang akan menyediakan alat untuk menguji teori kita sesuai dengan kemampuan kita. Dan kita pun tidak pernah tahu seberapa lama hidup kita di dunia. Oleh karena itu, buatlah teori kita ini berhasil dihadapan Alloh SWT, bertahanlah dalam ujian yang Dia siapkan untuk kita.

Ternyata Islam adalah agama yang paling logis, ilmiah, rasional jauh sebelum pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Rasanya kurang keren dan sangat tidak cerdas kalau kita tidak beragama Islam. Eits, dari dulu saya Islam kok. Tunggu dulu, ketika saya mendengarkan tanya-jawab dr. Zakir Naik di sesi yang lain, beliau menyatakan seperti ini ‘saya mendapatkan agama Islam dari ayah saya (Islam keturunan) selama 19 tahun, setelah itu saya adalah seorang Muslim’ kurang lebih seperti itu. Itu terjadi saat ada seseorang yang berkata kepada beliau bahwa pantas saja beliau mampu berdakwah sedemikian rupa, karena beliau sudah terlahir sebagai orang Islam sejak kecil. Padahal beliau betul-betul menyadari pilihannya bahwa Islam memang agama yang beliau pilih setelah melakukan studi perbandingan agama yang ada di dunia, barulah beliau mantap dalam berIslam. 

Yah bayangkan saja, beliau hapal kitab Injil, Wedha dll melebihi para penganutnya sendiri, sampai setiap detil nomor surat, ayat bahkan penafsirannya! Kalau Al-Qur’an sudah pasti jangan ditanya lagi, setiap ada kesempatan berceramah tak pernah lepas darinya ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi beliau semakin meyakini bahwa Islam memang benar-benar agama yang Alloh ridhoi, setelah sekian lama pencarian beliau. Nah, jangan-jangan kita belum juga berIslam? Maksudnya, kita belum mantap dalam berIslam, maka jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu Alloh yang luar biasa luas. 

Bisa jadi usia keIslaman kita baru satu-dua tahun, atau bahkan belum sama sekali. Jadi jangan sampai kita santai di zona nyaman kita dengan meyakini bahwa orang Islam pasti masuk surga paling masuk 1-2 hari di neraka, karena ada juga orang Islam tapi ditempatkan di neraka paling bawah di keraknya neraka, paling berat siksaannya. Dialah para orang munafik (naudzubillah tsumma naudzubillah). 1 hari di neraka saja setara dengan 50.000 tahun di dunia. Semoga setiap kebaikan yang kita lakukan mampu menghantarkan hidayah Alloh dan semoga Alloh pilih kita menjadi ahlul jannah (Aamiin). 

Alloh is the greatest scientist in the universe. PengetahuanNya meliputi segala hal. Dan kita adalah ilmuwan-ilmuwan cilik yang hendak mengajukan teori keimanan kita pada Alloh. Semoga kita berhasil dari falsification testnya Alloh. Wallohu Alam.
 

No comments: