Friday, January 4, 2013

Janji Sebuah Baju


Indonesia, sebuah negara yang sejak dahulu berstatus negara berkembang akhir-akhir ini dibawah sorotan dunia. Ekonomi, politik, sosial menjadi bahan perbincangan media. Tidak tanggung-tanggung, kisah romansa seorang bupati daerah Garut, turut menghiasi berita lokal, nasional maupun internasional. Namun kita tidak akan membicarakan  hal tersebut. Kali ini kita akan membahas tentang pesta demokrasi yang tidak lama lagi akan berlangsung.
Bagi saya kata ‘pesta demokrasi’ tidak tepat digunakan untuk menggambarkan PEMILU. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat menghadiri acara yang membicarakan tentang PEMILU bersih tanpa money politic, salah seorang pembicaranya mengatakan hal yang sama, bahwa PEMILU bukanlah sebuah ‘pesta demokrasi’ namun PEMILU adalah kerja demokrasi. Kata ‘pesta demokrasi’ jika ditilik secara dalam tidak memiliki outcome yang jelas, karena ‘pesta demokrasi’ sekedar menggambarkan euforia demokrasi sesaat. Sedangkan kerja demokrasi adalah kewajiban setiap pelaku demokrasi, dalam hal ini kaitannya tentang PEMILU yang menjadi penentu nasib suatu negara atau wilayah.
Cerita ini berawal dari observasi tanpa disengaja yang saya lakukan ketika melakukan perjalanan ke beberapa daerah untuk menghadiri kegiatan. Ketika dalam perjalanan, seringkali saya melihat seorang Bapak tua merogoh tempat sampah dengan amat fokus dan dengan tingkat konsentrasi tinggi. Beliau hendak mencari plastik-plastik bekas menggunakan kawat besi panjang yang di desain guna memudahkan pemindahan plastik bekas ke kantong besar yang Beliau tanggung.
Aktivitas tersebut sudah biasa terlihat di bahu jalan pusat kota, yang unik disini adalah sesuatu yang beliau kenakan. Bapak tua itu nampak menggunakan baju bergambar sesosok manusia disertai sebuah simbol bertuliskan angka. Tak lupa kalimat persuasif berisi janji yang disablon di baju tersebut yang warnanya sudah pudar. Dapat ditebak jika baju tersebut didapatkan Beliau saat PEMILU beberapa tahun yang lalu. Kemudian saya berpikir tentang kemeriahan PEMILU. Atribut-atribut PEMILU menjadi hal yang begitu lumrah dan mudah ditemui ketika masa kampanye berlangsung. Salah satunya adalah baju yang dimanfaatkan sebagai alat serta media kampanye para calon pemimpin untuk mengajak masyarakat berbondong-bondong memilihnya.
Baju itu seakan berbicara melalui tulisan yang menjadi desain andalannya “pilihlah saya! maka saya akan mensejahterakanmu, perubahan yang lebih baik akan datang padamu, keadilan akan selalu menyertaimu, jangan pilih yang lain! cukup pilih saya!”. Begitu tegasnya tulisan itu tergambar di baju, seolah-olah baju itu berorasi secara lantang pada setiap mata yang memandang. Janjinya teguh tergambar.
Namun sayangnya, model yang memperagakan baju itu tidak sesuai dengan apa yang dikenakannya diatas catwalk kehidupan. Terlalu banyak noda dan lubang dibaju untuk mendeskripsikan kesejahteraan, terlalu banyak keringat yang membekas dibaju untuk menunggu perubahan dan terlalu banyak benang yang terlepas untuk dipadu padankan dengan jas keadilan.
Jika Bapak itu menyadari betapa tak ada satupun kalimat yang tertera pada baju yang Beliau kenakan berpengaruh pada kehidupan Beliau saat ini, maka lebih baik menggunakan kain yang terbuat dari karung saja seperti zaman penjajahan dahulu. Tapi apa daya, rakyat kecil dianggap kenyang hanya dengan janji-janji tanpa realisasi. Semoga pemimpin terpilih di masa yang akan datang dapat menjadikan baju-baju kampanye yang dipakai rakyat sebagai pengingat ketika kinerjanya mulai menurun atau menyimpang, bukan hanya sekedar atribut penyemarak kampanye. Wallohualam.

No comments: