Friday, July 24, 2015

Dibalik Seruling Ajaib Mozart

Siapa yang tak kenal dengan musik klasik, khususnya lagu-lagu karya komposer terkenal Wolfgang Amadeus Mozart yang dianggap sebagai karya jenius untuk dapat menstimulasi perkembangan otak anak semenjak masih dalam kandungan.



Dahulu ketika semasa SMP mengenal dan menyukai musik klasik rasanya diri ini merasa paling keren sendiri (hehe...). Membeli kasetnya, dengan memutarnya setiap hari meskipun track terakhir yang ada di kaset tersebut sama sekali tidak ku mengerti dan cukup memekakkan telinga karena mendengar suara para penyanyi seriosa yang menakutkan. Itu semua dilakukan dengan harapan bahwa kejeniusan tiba-tiba jatuh dan turun ke otakku (LOL....what a silly! What a fool!).

Terlebih lagi melalui musik klasik itu aku mulai menyukai jari-jemari ini menari diatas tuts-tuts hitam putih meski tanpa bimbingan seorangpun. Memainkan fur elise yang merupakan salah satu teknik dasar bermain piano, memainkan greensleeves karya Mozart yang rasanya ‘seperti’ menenangkan hati, mendengarkan seluruh karya-karya komposer favoritku asal Rusia Tchaikovsky, kemudian karya-karya yang penuh semangatnya Burgmuller, Beethoven, Debussy dll. Nyatanya, musik-musik klasik dan para komposer tersebut memiliki sejarah dan latar belakang kelam.

Mulai dari sang komposer asal Rusia yang hampir seluruh karyanya sangat ku sukai Tchaikovsky. Dibalik kejeniusannya membuat karya yang menurutku sangat indah, Tchaikovsky menyimpan beragam perilaku aneh dan menyimpang salah satunya adalah selalu memegangi kepala ketika memimpin orkestra karena ketakutan jika kepalanya sewaktu-waktu lepas dari tubuhnya.

Namun, itu bukanlah apa-apa dibanding satu hal yang membuat diri ini harus menjauhkan diri dan merubah kesukaan dari karya-karyanya, yakni perilaku seksualnya yang menyimpang. Semenjak itu, diri ini berazzam harus segera berubah haluan dari karya-karya Tchaikovsky, meskipun beberapa karyanya masih bertengger di memori handphone.

Satu hal yang membuatku sadar adalah ketika membaca ensiklopedia yang disusun oleh Harun Yahya berjudul Ancaman Global Freemansory, bagi para penyuka teori konspirasi, buku ini reccomended.

Dalam buku tersebut (lebih tepatnya e book, buku aslinya mahal T_T hheu...) dijelaskan bahwa Mozart adalah salah satu anggota freemansory terutama karyanya yakni Magic Flute (red:seruling ajaib), namun Harun Yahya tidak menjelaskannya secara detail. Akhirnya pencarianpun dimulai.

Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Mozart komposer abad ke-18 ini memang benar anggota freemansory, bahkan seperti ada semacam pengumuman atau pernyataan yang menegaskan status keanggotaannya pada saat itu.

Lebih jauh lagi, ternyata musik-musik klasik digunakan para freemason untuk melakukan kegiatan-kegiatan spiritual mereka. Kalau kalian udah pernah baca The Da Vinci Code karya Dan Brown yang fenomenal sampai dibuat film itu, kalian akan tahu salah satu ritus-ritus sesat mereka, salah satunya yakni melakukan upacara yang mereka anggap suci dan sakral yakni upacara perzinahan.

Bahkan menurut salah satu anggota freemason musik-musik klasik khususnya karya Mozart itu menjadi bagian dari musik ‘keagamaan’ mereka yang wajib ada (oh no... ternyata selama ini sudah tersihir seruling ajaibnya Mozart).

Setelah mengetahui semua fakta itu rasanya ingin sekali merevisi skripsi yang dulu pernah kubuat yang menyatakan bahwa musik klasik terutama karya Mozart dapat membantu perkembangan otak anak. Tapi gak mungkin kan kalau harus mencabut kembali ijazah kelulusan ku dan mengulang kuliah selama 4 tahun (tidaaakk...).

Padahal penelitian yang membantah teori musik klasik Mozart tersebut telah ada belasan tahun yang lalu, bahwa musik klasik sama sekali tidak mempengaruhi perkembangan otak anak (kudet kuadrat T_T ).

Pada akhirnya, sesuatu yang paling indah untuk didengar hanyalah bacaan ‘Al-Qur’an’. Bukti-bukti empiris dari membaca Al-Qur’an mampu mencerdaskan dan menyukseskan manusia sering tidak dipublikasikan terlebih lagi dikenal ke seluruh dunia.

Sayangnya, justru Al-Qur’an banyak ditinggalkan. Kita dipaksa dengan doktrin-doktrin yang menjauhkan kita dari Al-Qur’an dikemas dengan bukti ilmiah yang palsu seperti hal nya teori musik klasik. Ajaran-ajaran Islam dianggap sebagai dogma-dogma yang mengekang manusia.

Sejatinya ummat Islam lebih maju dan beradab dari ummat manapun, karena semuanya telah tersedia dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, ilmu pengetahuan, cara bermuamalah, adab makan, minum bahkan ke kamar mandi semuanya lengkap ada dalam ajaran Islam.

Terima kasih kepada orang-orang yang menuduh kami teroris, yang katanya mengajarkan ‘kekerasan’ dengan banyaknya orang yang mencari dan membaca Al-Qur’an. Karena dengan itu banyak orang yang justru penasaran terhadap ajaran Islam dan akhirnya menyatakan diri kembali sebagai Muslim.

‘Fabiayyi ‘alai Rabbikuma tukadzdziban’ (nikmat Tuhanmu yang mana lagi, yang kamu dustakan). Al-Qur’an adalah nikmat terbesar yang dimiliki ummat Islam bahkan seluruh manusia. Mukjizat yang satu-satunya yang dapat kita saksikan saat ini, mengapa kita masih mengabaikannya?. Oleh karena itu, jangan hanya membaca Al-Qur’an untuk target khatam semata, cobalah kita mulai membaca terjemah seluruh Al-Qur’an maka yang didapati bukan hanya kecerdasan otak, namun ketenangan hati, ketentraman jiwa benar-benar priceless.

Hal ini pun menjadi self reminder untuk diri pribadi yang kadang beralasan ‘lelah’ untuk membaca Al’Qur’an. Semoga kita semakin mencintai Al-Qur’an, karena satu-satunya manusia yang Alloh anggap sebagai keluarga di muka bumi hanyalah manusia yang membersamai Al-Qur’an serta mengamalkannya.

Tulisan ini dibuat sebagai bentuk koreksi saya, penyesalan dan permohonan maaf karena menyantumkan teori yang tidak valid pada skripsi yang telah saya buat. Semoga Alloh mengampuni serta memaafkan kekeliruan saya selama ini.

No comments: