Thursday, August 6, 2015

Dialog dengan Atheis


Percakapan dibawah ini adalah percakapan nyata antara seorang muslim dengan seorang yang mengaku muslim namun memiliki pemikiran atheisme. Terdapat sedikit editan pada kalimat agar lebih mudah dimengerti pembaca tanpa mengurangi essensi dari dialog tersebut.

Y:  “Assalamu’alaikum, mengapa Alloh selalu mengabulkan do’a kita meskipun sadar kita banyak berlumur dosa? Jebakankah?”

X: “Wa’alaikumsalam. Bagi kita yang muslim, itulah bentuk kasih sayang Alloh. Alloh senantiasa rindu akan do’a-do’a kita. Tapi kita sendiri yang sering mengabaikanNya. Kamu yang do'a-do’anya sering dikabulkan oleh Alloh saja masih saja suudzon (red:berburuk sangka) pada Alloh. 

Bagaimana Alloh tidak baik coba? Masya Alloh... Alloh itu benar-benar Maha Baik. Berkali-kali Alloh buktikan itu kepadaku. Kadang aku sering merasa malu pada Alloh, Alloh sudah baik padaku tapi aku sering berbuat dosa pada Alloh, malu sekali rasanya pada Alloh.”

Y: “Tapi bukankan kelupaan (kealfaan) manusia adalah bentuk kewajaran? Dan yang membuat lupa juga kan Alloh sendiri?. Patutkah manusia dipersalahkan jika yang membuat sifat ‘lupa’ juga adalah Alloh?”

X: “Alloh bukan Tuhan yang diktator Alloh menciptakan sifat lupa, ingat dll. Alloh selalu memberikan pilihan kepada manusia. Mengapa kita bisa lupa? Padahal kan lupa juga diciptakan oleh Alloh?. 

Nah, coba kamu telusuri mengapa bisa lupa. Lupa itu ada sebabnya, sebab lupa itulah pilihan yang kita ambil sehingga pada akhirnya kita mendapatkan konsekuensi berupa ‘lupa’.

Iblis pernah berkata pada Alloh ‘akan aku sesatkan manusia, kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas’. Oleh karena itu, dalam Q.S. Al-Fatihah sebenarnya surat tsb berisi do’a. Salah satunya ‘ya Alloh... tunjukilah kami jalan yang lurus’` 

maksudnya apa? Maksudnya adalah bahwa ada pilihan-pilihan jalan. Tapi hanya ada satu jalan yang Alloh perintahkan kepada kita untuk melewatinya, yaitu jalan yang lurus bukan jalan yang sesat. 

Itu semua adalah pilihan. Jadi jangan salahkan Alloh kalau kamu lupa, karena lupa itu adalah pilihanmu sendiri.

Itulah Alloh yang Maha Baik. Alloh menciptakan itu semua. Alloh pula memberikan kebebasan bagi manusia atas pilihan-pilihannya. 

Tapi pada hakikatnya Alloh menginginkan kita semua manusia untuk masuk surganya Alloh. Oleh karena itu, Alloh tidak meninggalkan kita begitu saja/ Alloh memberikan panduan untuk kita, panduan agar kita masuk surga adalah Al-Qur’an dan Al-hadits.”

Y: “Iya, aku pun sering mengambil rujukan dari Al-Qur’an dan Al-hadits. Tetapi bagaimana dengan takdir?. Bukankah takdir dan garis hidup juga dari Alloh?. Kita berdo’a dan tidak berdo’a pun sudah digariskan (ditentukan) oleh Alloh. Ibarat wayang, kita hanya boneka yang dimainkan oleh tuhan.”

X: “Yup! ada takdir yang bisa dirubah dan adapula takdir yang tidak bisa dirubah.”

Y: “Jadi jalan cerita boneka, ya terserah dalangnya.”

X: “Takdir yang tidak bisa dirubah seperti waktu kematian, kelahiran, jodoh dll. Tapi ada juga takdir yang bisa kita rubah sendiri.”

Y: “Bisa kita rubah sendiri?”

X: “Ada di surat Ar-Ra’ad ayat 11.”

Y: “Kalau bisa kita rubah, berarti kekuasaan tuhan terbatas dong?”

X: “Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum, selama kaum tsb tidak merubahnya. Ya enggak dong, Alloh itu demokratis memberikan kebebasan berupa pilihan-pilihan kepada kita. Tidak diktator seperti manusia yang bisanya memaksakan kehendak. Memberikan pilihan itu adalah bukti bahwa kekuasaan Alloh tidak terbatas.”

Y: “ada bantahan terhadap ayat yang kamu sebutkan. Coba kamu buka Q. S. An-Najm ayat 24-25. Ternyata Alloh tidak  mengabulkan semua do’a manusia. Bukankah Alloh memberikan apa yang manusia do’akan kepada Alloh?. Namun ayat tersebut menyebutkan bahwa tidak semua yang diminta dikabulkan Alloh. Bagaimana cara mengkaji ayat yang saling bertolak belakang?”

X: “ayat tersebut tidak bertolak belakang. Oleh karena itu, jangan sampai seperti para ahli kitab yang sering Alloh sebutkan dalam Al-Qur’an. Mengambil sebagian dari Al-Qur’an dan mengabaikan sebagian lainnya. Q. S. An-Najm ayat 24 tsb, berkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 23. 

Dalam tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwa manusia yang menyembah sembahan-sembahan selain Alloh itu bercita-cita mendapatkan surga dan juga berharap memperoleh kebaikan. Kemudian Alloh putuskan cita-cita dan harapan mereka itu dengan ayat selanjutnya yakni ayat 24, yang menegaskan bahwa sembahan-sembahan mereka tidak akan sedikitpun memberikan syafa’at di hari kiamat. Hari dimana mereka bercita-cita mendapatkan surga dan memperoleh kebaikan.

Jadi tidak ada yang bertentangan. Bacalah Al-Qur’an dengan penuh keikhlasan dan merendahkan diri pada Alloh. Jangan hanya mengambil sebagian dan membuang sebagian yang lain. Karena Al-Qur’an itu setiap ayatnya berkaitan.”

Kemudian Y mengirimkan foto hasil jepretan HP nya yang menunjukan Q. S, Al-baqarah: 219-221 yang menunjukan bahwa ayat yang satu menunjukkan terkait hukum khamr (red:arak) dan ayat selanjutnya berkaitan dengan larangan Alloh menikahi perempuan musyrik. Hal tsb ingin Y tunjukan bahwa ada ayat yang Alloh sandingkan namun tidak saling berkaitan.

X: “kita tidak boleh sembarang menafsirkan ayat, harus ada referensi. Bahkan di dunia akademisi rujukan menjadi hal yang wajib. Kalau boleh berpendapat, sebenarnya ayat tentang khamr dan ayat tentang menikah itu saling berkaitan. Seperti misalnya dalam tata tertib sekolah: 1. Tidak membuang sampah sembarangan 2. Berpakaian rapi dan sopan, 3. Menjaga lingkungan sekitar dll. Dalam surat Al-baqarah tersebut Alloh ingin menjelaskan hal-hal yang perlu kita lakukan: 1. Tidak meminum khamr, 2. Tidak menikahi wanita musyrik dan selanjutnya.

Y: “kawan, biarkan aku belajar menafsirkan sesuatu. Karena keyakinan dibentuk bukan hanya karena rujukan orang lain namun salah satu pembentuk keyakinan diri ya diri sendiri, yakni hati kita sendiri yang membentuk keyakinan kita.”

X: “Kita tidak bisa menafsirkan segala sesuatu tanpa ilmu. Bahkan untuk sekadar makan kita perlu ilmu. Darimana datangnya ilmu? Ya dari belajar. Seorang bayi tidak mungkin bisa menjadi tumbuh besar jika dia hanya mengandalkan hati dia untuk membesarkan dirinya, perlu orang dewasa untuk membesarkannya yang tahu ilmunya yang mampu menjadi jalan rizqi bagi bayi itu untuk tumbuh besar. Mengapa kita perlu ahli tafsir? Sederhana saja, karena kita bukan ahli tafsir.”

Y: “Aku yakin pada diriku sendiri bahwa aku mampu. Aku dibesarkan alam bukan hanya dibesarkan teori.”

X: “Wow, pernyataanmu persis dengan buku-buku yang sedang aku baca akhir-akhir ini. (saat itu X sedang membaca buku karya novelis terkenal Dan Brown yang terdapat beberapa fakta sejarah serta kental akan motif atheisme nya juga Harun Yahya yang menerangkan sifat-sifat orang atheis)”

Y: “Nyatanya para golongan pembesar Islam yang di parlemenpun tak mampu mensejahterakan muslim lainnya. Para pembesar Islam itu tidak lebih rakus dari seorang supir bis terminal. Aku tahu dan aku banyak kenal orang-orang seperti itu. Akhirnya aku cenderung sentimen.”

X: “Hm, sama saja seperti ini, anggap saja ‘pembesar Islam’ yang rakus yang tadi kamu sebutkan dengan makanan, dan sifat rakus kita misalkan dengan bakteri berpenyakit. Premis yang kamu nyatakan jadi seperti ini: Makanan saja banyak mendatangkan bakteri berpenyakit kalau kita konsumsi, ya sudah tidak usah makan saja lah sama sekali! Toh kita semua makhluk yang cerdas, bisa dong hidup tanpa makan selamanya?!.

Apakah Islam mengajarkan sifat rakus? Coba cari ayat di Al-Qur’an atau Hadits yang menyatakn supaya ummat Islam jadi rakus dan tamak. Ada? Pasti tidak akan pernah menemukannya. Bahkan kata Alloh sifat rakus itu sifat setan, dan apabila ada orang yang rakus, dia adalah kawannya setan. 

Jadi, kenapa banyak pembesar Islam yang rakus? Apa artinya itu? Artinya, orang-orang tersebut yang tidak mengamalkan ajaran Islam, alias oknum semata. Kamu berpikirnya menurut apa yang kamu lihat secara kasat mata saja.”

Y: “You are smart muslim (. Salah satu perbedaan kita, kamu berdasarkan buku dan teori sedangkan aku langsung berhadapan dengan orang-orang tersebut.”

X: “Aku menemukan orang Islam yang jujur yang dekat sekali denganku. Aku mengetahui seorang Bapak yang sangat jujur, dan dari beliau aku belajar kejujuran.”

Y: “Bukankah orang yang sentimen itu karena banyak tersakiti oleh keadaan zaman?”

X: “lalu yang merasa tersakiti oleh zaman, lantas menyalahkan agamanya? Jangan kawan, jangan sampai pemikiran kita jadi sempit.”

Y: “Saya tidak meninggalkan agama. Hanya saja saya muak dengan kemunafikan mereka.”

X: “Oleh karena itu bencilah perilakunya, bukan pada ajarannya. Yang salah itu sebenarnya ajarannya atau kelakuannya? Tentu saja kelakuannya bukan?”

Y: “Saya tidak punya figur Islam yang benar-benar menjadi panutan.”

X: “Maka bergaullah dengan orang-orang sholeh. Itu yang dianjurkan Rasulullah SAW. Alhamdulillaah, aku menemukan orang yang bisa menadi panutan, terutama masalah kejujuran. (melanjutkan cerita seorang Bapak) ada seorang bapak yang bekerja di instansi milik negara. Beliau ditempatkan di posisi yang sangat strategis dan subur untuk melakukan tindakan korupsi yaitu bendahara.

Nilai transaksi yang dilakukan seorang bendahara tersebut nilainya bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta. Orang-orang yang ditempatkan pada posisi beliau sebelumnya pada umumnya minimal memiliki rumah tingkat dan dua mobil pribadi bertengger diparkiran rumahnya.

Dan tahu bagaimana kondisi rumah Bapak ini? Meskipun ditempatkan di posisi bendahara selama bertahun-tahun, Bapak ini masih tinggal di rumah pemberian orangtuanya berupa bilik dari bambu-bambu yang telah didirikan sejak zaman Belanda. Bahkan kondisi bagian depan rumah tersebut sudah hampir sujud, baru rukuk alias rubuh. 

Pernah ada kejadian unik, diadakan suatu penyelidikan oleh para intel. Dua orang intel datang ke rumah Bapak itu, untuk menyelidiki aset yang dimiliki beliau. Penyelidikan tersebut dilakukan karena kecurigaan yang muncul, karena posisi seorang bendahara pada instansi tersebut secara ‘tradisi’ pasti melakukan korupsi. 

Walhasil, ketika dua intel tersebut datang dan melihat dari luar kondisi rumah Bapak itu, para intel pun keheranan. Bahkan memunculkan spekulasi lain’jangan-jangan ada ruang bawah tanah yang terdapat brangkas penyimpanan emas?’.”

Y: “Bisa sampai seperti itu ya? ^_^”

X: “Iya padahal Bapak itu istrinya juga bendahara di suatu instansi milik pemerintah juga, hanya bidangnya berbeda. Intinya, jika kita mengejar harta tanpa memikirkan sumbernya, yakin pasti hidupnya tidak akan pernah bahagia dan tenang. Tapi dengan kondisi tersebut Bapak tersebut yang tadi aku ceritakan bahagia dan selalu tenang bersama keluarganya. 

Coba sekarang kita bandingkan dengan orang yang kaya raya dari sumber yang haram? Banyak diantara mereka yang bunuh diri bahkan ditimpakan Alloh dengan penyakit kronis, sehingga hartanya yang dia ambil dari sumber haram habis oleh biaya pengobatan.”

Y: “Di 2015 ini masih adakah orang yang seperti Bapak itu? (adzan dzuhur berkumandang). Dzuhur dulu...”

X: “^_^ (y)”

Y: “Tenang kawan, perlahan aku mulai berubah. Terima kasih...”

Percakapan diatas menunjukkan bahwa banyak saudara-saudara kita yang berstatus Muslim sejak lahir, masih belum memahami ke-Islamannya. Sedang orang yang baru menyatakan kembali pada Islam, begitu kuat keyakinannya pada Alloh, dibandingkan orang-orang ‘Islam keturunan’. Ini membuktikan bahwa perintah belajar dalam ajaran Islam memang benar. 

Meskipun kita sudah beragama Islam, menuntut ilmu terutama kaitannya dengan ketauhidan jangan pernah ditinggalkan. Karena minimnya ilmu yang kita pelajari, berimplikasi pada minimnya keyakinan kita pada Alloh SWT. Itulah mengapa dalam Al-Qur’an jika kita baca terjemahnya sampai selesai juz 30, kita akan menemukan banyaknya nilai-nilai ketauhidan. Karena segala macam ilmu, baik sains, ilmu hukum, sosial, ekonomi dll pada hakikatnya bermuara pada ilmu untuk mengenal Alloh, sehingga dapat mempertebal keimanan kita. 

Jadi, jangan pernah berhenti belajar. Belajar tidak hanya dan berhenti dibangku kuliah, yang pertama belajarlah dari sumber ilmu yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits, setelah itu belajar beragam buku bacaan dan juga dari orang-orang yang ahli. Insya Alloh kita bisa menjadi manusia yang mendekati kaffah (red:holistik). 

Kuncinya adalah do'a, do'akan saudara-saudara kita yang tersesat dari jalanNya dan berdo'alah agar diri kita senantiasa Alloh bimbing dalam kebaikan. Wallohu alam, semoga berkah dan bermanfaat :)

No comments: