Saturday, April 20, 2013

Sinar Untukmu Indonesia

Sebut saja Aminah dan Supiah, dua mahasiswi UPI kampus daerah ini beruntung mendapat kesempatan mengikuti seminar jurnal ilmiah. meski harus menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka korbankan demi mendapat setetes dari lautan ilmuNya. ketika menghadiri acara seminar tersebut, mereka melihat seorang pembicara muda tengah memberikan materi diantara dosen-dosen yang sudah senior. mereka pun mulai bertanya-tanya, apa yang menjadikan seorang pemuda diundang oleh pihak universitas untuk membicarakan jurnal ilmiah level internasional? 

setelah mendapat penjelasan dari salah seorang dosen, mereka baru mengetahui. beliau bernama Asep Bayu Dani Nandiyanto lulusan S1 ITB kemudian S2 dan S3 di Hiroshima University dan beliau menyelesaikan studi doktor nya dalam usia kurang dari 30 tahun begitu pula istrinya yang tidak lama lagi akan mendapat gelar doktor di universitas yang sama. beliau merupakan dosen UPI dan dosen Hiroshima University, beliau telah menelurkan 36 jurnal ilmiah internasional bersertifikasi ISI dan hanya 8 jurnal yang direject. mimpi beliau adalah agar Indonesia mendapat tempat di dunia Internasional, menjadikan Indonesia mandiri tidak bergantung pada belas kasih negara asing. dengan SDM dan SDA yang luar biasa, Indonesia bisa menjadi bangsa yang unggul salah satu effort yang beliau lakukan dengan mendorong para ilmuwan dan dosen Indonesia khususnya UPI bukan lagi menjadi katak dalam tempurung, namun mampu tampil dan diakui.

Dengan track record yang luar biasa seperti itu, Pak Asep tidak menunjukan sifat arogan. beliau nampak santun dan ramah, bahkan beliau terlihat sekali menghormati para peserta yang semuanya merupakan dosen senior. keberhasilan beliau dalam meraih sukses secara akademik, tidak semerta-merta beliau dapatkan dengan mudah, awal mula mengajukan paper, beberapa kali mengalami penolakan. saat itu beliau mempelajari beberapa paper yang diterima. dan hasilnya bukan keputusasaan yang beliau pilih, namun jalan keluar bahwa setiap jurnal memiliki sistematika yang sama. beliau pun memperbaiki jurnalnya yang pada akhirnya banyak jurnal ilmiahnya diterima.

Hal pertama yang Aminah dan Supiah ingat dalam seminar tersebut yakni penjelasan beliau mengenai produktivitas Indonesia. Indonesia dengan penduduk yang banyak, ternyata hanya menghasilkan sekitar 300 jurnal ilmiah yang diakui dunia selama 10 tahun terakhir. Menurut beliau jumlah seluruh jurnal ilmiah yang dikumpulkan dari seluruh universitas yang ada di Indonesia sebanding dengan jurnal ilmiah yang dihasilkan satu universitas di Malaysia, atau Malaysia menghasilkan enam kali lipat jurnal ilmiah dari Indonesia. artinya, Malaysia begitu produktif untuk menancapkan eksistensinya di mata dunia.

kondisi tersebut disebabkan bukan karena Indonesia kalah pintar dengan negara lain, tapi seringkali hal-hal kecil membuat Indonesia direject. salah satunya, penamaan asal perguruan tinggi. sebagian besar mahasiswa UPI menyebut perguruan tingginya dengan nama University of Education. Padahal, nama UPI sudah terlebih dahulu diperkenalkan, sehingga ada dualisme yang membingungkan dan menyebabkan ketidakjelasan asal universitas kemudian pada akhirnya banyak jurnal ilmiah asal Indonesia yang ditolak.

Sistematika jurnal ilmiah dijelaskan secara rinci termasuk diantaranya perangkat awal, main manuscript, acknowledgement dan references. selain itu, beliau menjelaskan pula bahwa paper S1 digunakan untuk meraih beasiswa s2, paper s2 digunakan untuk meraih beasiswa s3. uniknya bagi Aminah dan Supiah, bahwa paper s1, s2 dan s3 memiliki kesetaraan dari segi kesulitan dsb, yang membedakan hanya dari kuantitas. semakin tinggi program studi yang ditempuh, maka semakin bertambah pula paper yang harus dihasilkan. karena, mahasiswa s1, s2 dan s3 memiliki kesempatan yang sama untuk diajukan sebagai jurnal internasional. paper s2 merupakan lanjutan dari paper s1, dan paper s3 merupakan lanjutan dari paper s2. sehingga, akan menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kepakaran. seperti yang ditempuh Pak Asep. beliau merupakan ahli dalam bidang nano partikel, s1, s2 dan s3 yang beliau lalui semua terkait dengan nano partikel.

Hal yang paling diingat Aminah dan Supiah adalah pernyataan beliau sebagai seorang pengajar, (baca:dosen) mengenai cara pengajar mendidik anak didiknya, bahwa ada dua tipe pengajar, yang pertama ialah tipe yang suka mem-push (mendorong) dan yang kedua ialah tipe motivating (memotivasi) "dan saya memilih yang memotivasi" ungkap beliau. dengan memotivasi, maka anak didik akan 'terpaksa' giat menyelesaikan tugas karena itu semua untuk kebaikannya bukan untuk pengajarnya. Aminah dan Supiah akhirnya mendapatkan role-model, mereka belajar dari sosok Pak Asep bahwa manusia yang benar-benar memiliki kecerdasan ialah manusia yang dapat menghantarkan kecerdasannya pada kebermanfaatan bagi orang lain bahkan umat, dan itu berawal dari jiwa yang rendah hati serta kepedulian terhadap umat. terakhir, saat selesai seminar, beliau berpesan pada Aminah dan Supiah "Jadi orang pintar ya!".

No comments: