Monday, February 25, 2013

Menghadapi Gravitasi

Segala sesuatu yang memiliki massa selalu diiringi dengan gaya gravitasi. bumi merupakan salah satu planet yang memilikinya. jika seseorang terjun bebas dari sebuah gedung, maka dia akan tertarik kebawah (baca: jatuh). ini disebabkan karena bumi memiliki gaya gravitasi yang mampu menarik benda dan makhluk yang ada di bumi. jatuhnya benda atau makhluk merupakan konsekuensi dari gaya gravitasi. apapun dan siapapun tanpa mengenal bentuk, agama, strata, usia dan lain-lain, jika tidak siap dengan gravitasi, maka dia akan jatuh, rusak dan terluka atau bahkan mati di tempat. 


Ketika manusia berjalan dengan hati-hati, maka dia akan selamat dari hukum gravitasi, akan tetapi ketika berjalan dia tidak hati-hati dan ceroboh, konsekuensinya adalah terjatuh.  laiknya gravitasi, ujian akan selalu mengiringi setiap manusia tanpa mengenal perbedaan. manusia yang berhati-hati dalam bertindak, dia akan lolos dari ujian tersebut, namun manusia yang tidak berhati-hati dalam bertindak, tentu dia akan terjatuh dalam ujian itu.

Permasalahannya adalah, sejauh mana kita dapat bangkit setelah jatuh. karena setiap orang pasti pernah merasakan terjatuh. sayangnya, setelah terjatuh, seringkali kita terlalu lama bermanja-manja menangisinya, dan enggan bangkit sekedar menunggu uluran tangan seseorang untuk membantu kita berdiri kembali. kita perlu belajar dari semangat anak-anak balita, meskipun sering jatuh untuk mencoba berjalan, mereka tidak pernah menyerah untuk kembali bangkit dan berdiri. tidak ada satupun balita ketika mencoba belajar berjalan dan terjatuh, kemudian memutuskan untuk lebih baik menyeret kakinya atau terus menerus merangkak seumur hidupnya karena malas dan trauma belajar berjalan. 

Semangat itulah yang perlu kita terapkan dalam menghadapi ujian hidup. jika kita terjatuh maka bangkitlah, jika terjatuh lagi maka bangkit lagi, begitulah seterusnya. semangat itu yang perlu kita tanam hingga kita mahir dalam menghadapi ujian itu. tentunya kita yang sudah pandai berjalan pasti tidak mau jika diminta kembali merangkak seperti bayi. begitu pula dengan ujian hidup, jika kita pernah terjatuh dalam masalah, kita akan belajar dari masalah tersebut kemudian memperbaikinya agar tidak terulang lagi sampai kita mahir untuk menghadapinya.


Setelah kita sudah pandai berjalan, maka kita akan dihadapkan dengan implikasi hukum gravitasi yang lain. contohnya, bagi mereka  yang hobi hiking dan mendaki gunung tentunya menggunakan alas kaki yang tidak rata untuk menghindari kondisi tanah yang licin akibat hujan yang sewaktu-waktu datang menghampiri, serta untuk menimbulkan gaya gesek. ini dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan dalam perjalanan akibat terpeleset maupun terjatuh.  mereka tentunya tidak akan menggunakan sepatu pesta ketika hiking bukan?. 

Dalam ujian hidup, setelah ujian-ujian kecil mampu kita lewati, maka kita akan menghadapi ujian lain yang lebih sulit. kita akan dihadapkan pada dua pilihan, terus berusaha mencari solusi yang tepat, atau berdiam di tempat kemudian mundur kebelakang? maka jadilah mereka yang tanpa henti mencoba membuat design sepatu gunung yang kuat dan anti licin. ujian itu harus terus dicari design solusi yang tepat sehingga ujian sebesar apapun dapat kita lewati dengan berpegangan pada design master yang ada, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah bukan dengan design master yang lain.

Satu hal jika ingin terbebas dari efek gravitasi, yaitu dengan cara membersamai gravitasi. benda atau makhluk yang  dikubur di perut bumi tentu tidak akan merasakan sakitnya jatuh. begitupula dengan ujian hidup. jika kita ingin terlepas dari ujian, maka kematian yang baik adalah jawaban yang tepat.

No comments: