Sudah beberapa hari ini Abdul sering terlambat sholat. Abdul merasakan perubahan dalam dirinya, setelah kelalaian yang dia buat berulang kali, membuat dirinya semakin tak konsentrasi dalam belajar, nilai ulangan selalu turun, dia pun sering marah-marah karena uang jajan yang diberikan ibunya terlampau sedikit. wajar saja, remaja yang masih duduk dibangku kelas 1 SMA ini tengah mengalami masa-masa transisi menuju proses pendewasaan. Abdul pun berusaha mengevaluasi dirinya atas segala permasalahan yang menimpanya, namun pertanyaan dari kegalauannya belum juga menemukan jawaban.
suatu malam tepat pukul 23.45, remaja yang cukup penakut ini terbangun. Kemudian dia ingat kalau dia belum melaksanakan sholat isya. ini akibat dari menunda-nunda sholat isya karena waktunya cukup panjang pikirnya. Abdul mengalami dilema beberapa menit antara rasa takut pergi ke kamar kecil untuk berwudhu yang jaraknya cukup jauh dari kamar tidurnya, atau mengurung diri didalam selimut meredakan rasa takut akan bayang-bayang sosok misterius yang sering dia tonton di televisi. lima belas menit berlalu untuk sekadar memilih berjuang melewati malam yang pekat seorang diri ke kamar kecil atau melewatkan ibadah wajib yakni sholat isya, akhirnya dia memutuskan untuk tetap berjuang melaksanakan sholat Isya.
Abdul turun melalui tangga tempat tidur tingkatnya dengan sangat hati-hati. Abdul khawatir kakaknya akan terbangun begitu mendengar suara langkah Abdul. Abdul sangat lega setelah sampai dipermukaan lantai yang dingin, tanpa membangunkan kakaknya yang tengah tertidur lelap. tetapi, perjuangannya belum berakhir, setelah sebelumnya melewati level pertama untuk memilih keputusan sholat Isya dan level kedua untuk melewati kakaknya tanpa membuat kegaduhan, kini dia harus menyelesaikan level tiga yang tingkatanya lebih sulit, yaitu melewati ruang keluarga.
Abdul menelan ludah sebelum meneruskan langkahnya, rasa takutnya hampir menjalar keseluruh persendian mengingat pembunuh dalam film scream atau hantu di film the ring. Kakaknya sering meledek adik satu-satunya ini karena sifat penakutnya, tentu cukup aneh jika seorang lelaki begitu sangat penakut ledek kakaknya. Dzikir dan sholawat tidak lepas dari lisan Abdul ketika melewati ruang keluarga yang cukup gelap dan hanya disinari lampu hijau kecil berdaya 5 watt. Semakin lama Abdul semakin mempercepat langkah kakinya untuk segera tiba di kamar kecil, tanpa ragu seperti adegan di film crime scene investigation Abdul mendorong pintu kamar kecil dengan keras seolah-olah mendobrak pintu rumah seorang tersangka kejahatan.
Abdul sesegera mungkin memutar keran, dengan gerakan wudhu yang terburu-buru tidak kurang dari satu menit abdul membaca do'a selesai wudhu. dia tidak mempedulikan rukun wudhunya terpenuhi atau tidak, yang terpenting baginya, dia bisa kembali ke kamar tidur dengan selamat dan melaksanakan sholat isya. setengah berlari Abdul menuju kamar tidurnya, tak lama kemudian saat di ruang keluarga Abdul menyadari ada sesosok makhluk berpakaian putih tengah duduk di sofa keluarga, wajahnya tertunduk dan nampak gelap tertutup rambut panjang yang berantakan, dari tubuhnya berpendar cahaya hijau yang semakin meyakinkan Abdul untuk lari.
Namun, karena terlalu takut untuk melewatinya, Abdul berjongkok dengan mata terpejam dan wajah dibenamkan seperti hendak melakukan skot jam, akan tetapi tidak ada gerakan melompat, Abdul berkata "Ampun.............. saya gak akan terlambat sholat lagi.......! ampun....!", "Abdul.....", tubuh Abdul digoncang-goncangkan oleh sesosok makhluk itu yang dianggap misterius oleh Abdul, "ampun.............lain kali saya pasti akan sholat tepat waktu.....!", "Abdul..............ini kakak....".
Abdul mulai memberanikan diri melihat sosok yang telah mengguncang jasmani dan ruhaninya, meski tetap dengan perasaan takut. ternyata, sosok misterius itu adalah kakaknya sendiri yang tengah mengenakan kaos berwarna putih, rambutnya gondrong sebahu bergaya artis-artis Korea yang nampak berantakan dan cahaya hijau itu adalah lampu ruang keluarga yang berada tepat dibelakang Kakaknya ketika duduk di sofa. Abdul menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
"Makanya, sholat itu tepat waktu, jangan dinanti-nanti! jadi deh, Alloh bercandain kayak gini. pantes aja Kakak perhatiin nilai turun, ngeluh minta tambah uang jajan terus, gimana Alloh mau ngasih rizqi, kamu nya aja gak mau cepet-cepet ambil rizqi dari tangan Alloh. hm, ada-ada aja. udah dulu ah, tausiah gratisnya, kakak mau ke kamar kecil dulu". sembari ditinggal Kakaknya, Abdul mulai bertekad untuk sholat tepat waktu, apa yang telah dikatakan Kakaknya benar.
Teguran Alloh berupa nilai turun dan uang jajan menipis tidak mampu merubah Abdul untuk segera menjemput rizqi melalui sholat tepat waktu, sehingga Alloh menguji Abdul dengan rasa takut yang dimilikinya. Abdul mulai menyadari bahwa menunda-nunda sholat berbanding lurus dengan menunda-nunda rizqi baik rizqi berupa harta, ilmu maupun kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment