Sunday, March 10, 2013

Bukan Ramadhan Biasa


Tak terasa beberapa hari ke depan lebaran sudah menanti. Tapi tak ada yang spesial. Walaupun sebenarnya sedikit berbeda dengan Ramadhan yang sebelumnya, Ramadhan kali ini sering pulang-pergi kampus-rumah. Karena aku bukan hanya memikirkan aku dan duniaku. Namun aku dan dunia anak, aku dan dunia para mahasiswa baru. Ya, sedikit bermanfaat di bulan Ramadhan tidak ada salahnya kan?. Tapi pada hakikatnya semua masih sama seperti Ramadhan sebelumnya seperti  tarawih bersama, shaum, berbuka dan akhirnya nanti bermaaf-maafan.


Seiring berjalannya aku mengikuti tarbiyah, Ramadhan kali ini harus lebih bermanfaat untuk orang lain. Akhirnya, aku memutuskan untuk bekerjasama dengan kakak kandungku Kak Ibrahim untuk membagikan makanan dan ta’jil untuk orang lain berbuka. Kakakku segera mengiyakan ideku ini. setelah itu, tanpa pikir panjang kami pergi berbelanja ke pasar untuk memasak makanan dan membeli bahan – bahan untuk ta’jil. ‘asyik sekali’ pikirku dalam hati. Karena, ini pertama kalinya aku berbelanja dan akan memasak untuk orang lain tanpa dibayar. Karena aku sedikit phobia terhadap pasar, aku meminta kakakku untuk tidak berlama-lama disana. Entahlah, mungkin terlalu banyak manusia berlalu lalang sedikit membuat kepalaku pusing. Bisa juga dibilang trauma karena aku pernah sempat mau pingsan di Pasar Baru Bandung yang luar biasa penuh menjelang lebaran.

‘Misi pertama selesai’ ungkapku. Bahan – bahan makanan telah kami bawa pulang untuk dimasak. Di rumah, aku begitu bersemangat untuk memasak, terutama membuat hidangan ta’jilnya. Setelah semua selesai dibuat. Kami membungkus makanan – makanan tersebut dalam plastik dan kertas nasi. Kami membuatnya agak terburu-buru, berkejaran dengan waktu yang menunjukkan menjelang adzan magrib beberapa jam lagi. Tidak banyak yang kami buat. Mengingat dananya pun hanya bersumber dari kakakku dan aku. Kedua orang tuaku mendukung aksi kami berdua. Aku hanya meminta do’a mereka semoga kami bertemu orang – orang yang tepat untuk berbagi.

Kami bersiap untuk membagikannya di sekitar Jakarta Selatan walau hanya berdua. Aku dan kakakku pergi ke tujuan pertama yakni daerah Warung Jati Timur. Setiap laju motor yang dikendarai kakakku tak hentinya aku menatap kearah sekitar untuk dijadikan target pertama pembagian makanan buatan kami. Untungnya, tidak lama kemudian aku melihat ibu yang tidak bisa melihat sedang duduk di depan toko. Aku segera menghampirinya dan memberikan makanan serta ta’jil. Meski sekedar makanan penahan lapar, rasanya dia begitu bahagia menerimanya. Tapi sebenarnya yang paling bahagia adalah aku. Senyum mengembang tak hentinya diwajahku. Saat – saat memberi adalah momen yang begitu membahagiakan. Beberapa kali aku mengucap syukur karena masih diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu di Ramadhan 1431 Hijriah kali ini.

Lalu, kami kembali mencari target selanjutnya. Sayangnya, cuaca tidak bersahabat. Hujan turun, sedang kami berkendara dengan motor. Alhamdulillah, makanan aman didalam ranselku tidak terkena hujan. Hanya kami yang kepayahan karena hujan tanpa payung atau jas hujan. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk membagikannya. Makanan masih banyak yang harus dibagikan. Kami berhenti sejenak untuk membagikan makanan pada satu keluarga peminta – minta yang sedang mencari perlindungan dari hujan. Orang - orang sedikit menatap kami laiknya orang aneh. Biarlah, aku senang dibilang aneh. Beberapa makanan dan ta’jil telah dibagikan pada para pedagang yang sudah lanjut usia.

Aku dan Kakakku memutuskan untuk berteduh sampai hujan reda. Sayangnya, hujannya tak reda – reda waktu terus berjalan ke arah adzan maghrib sisa makanan tinggal beberapa lagi. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan itu meski dengan hujan yang agak lebat. Kami memutar arah ke sekitar Pasar Minggu Raya, disana kami menemukan bapak peminta minta yang menggunakan tongkat untuk berjalan. Beliau berucap terima kasih, aku pun berucap terima kasih karena mau menerima pemberian kecil dari kami. 

Cuaca sedikit demi sedikit menunjukkan perubahan untuk mendukung tindakan kami dengan meredanya hujan. Kami melanjutkan perjalanan dan mulai membagikan sisanya. ‘Alhamdulillah, akhirnya semuanya telah dibagikan. Saatnya berbuka dengan keluarga’ pikir kami. Semoga ini bukan Ramadhan yang terakhir aku dan kakakku membagikan makanan, tapi menjadi awal bagi kami untuk selalu memberi.

No comments: