Pernahkah
kita berpikir mengapa cuaca di tahun-tahun ini begitu panas menyengat? atau
kita lebih sering menggerutu dan mengeluh pada Alloh mengenai matahari terik
yang membakar kulit? selain itu, mengapa Alloh akhir-akhir ini banyak
menurunkan bencana? longsor, badai, banjir dan lain-lain. Jika salah seorang
dari kita yang lebih banyak menggerutu dan mengeluh, mari kita merenung sejenak
kawan.
Di suatu pagi yang cerah seorang mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi
yang ada di kota Purwakarta, tengah menyetop angkutan kota untuk pulang setelah
menyelesaikan perkuliahan di kampus. saat dia duduk di kursi penumpang,
mahasiswi itu melihat dihadapannya ada seorang Ibu muda dengan membawa anak
laki-lakinya yang sedang meminum air teh manis kemasan gelas plastik. mereka
tampaknya akan pulang ke rumah juga. mahasiswi yang melihat pemandangan Ibu dan
anak itu tersenyum merasakan indahnya jalinan antara Ibu dan anak.
Selesai menyeruput habis es teh manis yang berada di kemasan gelas plastik
tadi, tak lama kemudian anak laki-laki itu merengek pada Ibunya. seolah-olah
bertanya 'dimana saya harus membuang sampah gelas plastik ini Mama?'. mahasiswi
itu menunggu reaksi yang akan dilakukan Ibunya. Mahasiswi itu begitu kecewa
kepada Ibu muda tersebut ketika Ibu muda tersebut meminta anaknya untuk
membuangnya ke jendela mobil angkot.
Mahasiswi itu seketika memutar film pendek dipikirannya. Ketika gelas plastik
itu dibuang dijalan, tiba-tiba hujan turun deras dan membawa gelas plastik
kedalam selokan yang berada di pusat kota. gelas plastik itu ikut mengalir
bersama air hujan didalam selokan, pada hari itu hujan turun cukup lama dan
begitu deras. sehingga gelas plastik itu akhirnya tidak mampu lagi mengikuti
aliran air karena dia bertemu dengan teman-temannya yang lain (sampah-sampah
lain yang juga dibuang sembarangan di jalan).
Meskipun sampah yang berada di selokan menumpuk, namun air hujan masih bisa
mengalir sedikit demi sedikit melalui satu celah yang ukuran diameternya
sekitar 7 cm. tapi karena anggota baru muncul yakni si gelas plastik yang
dibuang pasangan Ibu dan anak tadi, celah itu menjadi tertutup, dan air hujan
kian lama kian tak bisa mengalir. karena air tidak bisa mengalir, sementara
hujan deras belum juga menunjukan tanda akan berhenti, air hujan pun semakin
meninggi dan menyebabkan banjir di kota Purwakarta.
Beberapa jam kemudian hujan mulai rintik-rintik dan akhirnya cuaca kembali
cerah. namun sayangnya air hujan menggenangi kota Purwakarta setinggi 1,5 m,
bahkan sudah masuk kedalam rumah warga. Masyarakat Purwakarta mulai
kebingungan, segala aktivitas perekonomian terhambat, siswa banyak yang
diliburkan. tanpa terkecuali anak tadi yang membuang gelas plastik ke jalanan.
Ibunya mulai khawatir dengan keadaan kota Purwakarta, suaminya tidak bisa
berangkat bekerja, anaknya pun tidak bisa belajar disekolah. tapi yang paling
dia khawatirkan adalah kesehatan keluarganya akibat banjir yang telah masuk ke
rumahnya.
Ibu muda tersebut memutuskan untuk tetap tinggal di rumah. Bukannya merasakan
kerisauan Ibu dan Ayahnya, anak pembuang gelas plastik itu bermain-main dengan
air banjir yang ada dirumahnya tanpa diketahui kedua orang tuanya. karena jika
dia diketahui orang tuanya bermain dengan air banjir terutama oleh ibunya, dia
akan dimarahi habis-habisan. selama tiga hari berturut-turut banjir belum mau
surut. sementara anak pembuang gelas plastik itu sering bermain-main dengan air
banjir meskipun dia merasa tidak enak badan.
Tidak lama kemudian anak pembuang gelas plastik itu terbaring lemah diatas
kasurnya. Ibunya menyadari itu dan mengetahui bahwa anaknya demam tinggi
matanya pun terlihat kemerahan. Ibunya hanya bisa mengobati anaknya dengan obat
warung, dia belum bisa membawa anaknya ke rumah sakit karena jarak rumah sakit
dari rumahnya cukup jauh, sedangkan keadaan kota yang masih dilanda banjir
tidak mendukung untuknya pergi ke rumah sakit.
Keesokan harinya hujan tidak lagi turun deras hanya rintik-rintik. Pemerintah
melakukan program bersih-bersih saluran air. air nampak sudah mulai surut.
kemudian pemerintah membakar sampah-sampah plastik yang menghambat aliran air,
salah satunya gelas plastik yang dibuang sembarangan oleh Ibu dan anak
tersebut. Mereka akhirnya bisa pergi ke rumah sakit. betapa kagetnya sang ibu
ketika anaknya divonis menderita penyakit pes oleh dokter.
Nasib sampah gelas plastik yang mereka buang dan yang kemudian dibakar oleh
petugas kebersihan pemerintah, telah menyumbang CO2 yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global sehingga cuaca ekstrem yang kita rasakan saat seperti panas
matahari yang begitu menyengat serta hujan yang begitu dahsyat, berawal dari
ulah kita sendiri. jadi, jangan salahkan matahari dengan panasnya yang begitu
terik, jangan pula salahkan Alloh yang memberikan bencana. meskipun membuang
sampah merupakan kegiatan sederhana yang sering kita anggap kecil. namun ketika
kita tidak membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, maka efek
yang ditimbulkan sebenarnya begitu besar.
Seperti halnya Ibu muda tadi yang secara tidak langsung mengajarkan anaknya
untuk membuang sampah sembarangan yang pada akhirnya dia rasakan sendiri akibat
perbuatannya. Bukan hanya itu, bahkan masyarakat Purwakarta terkena bencana
serupa. meskipun dia tidak menyadari akibat ulahnya itu yang dia anggap sebagai
hal kecil yang biasa.
Bagaimana mungkin generasi selanjutnya akan tetap eksis jika para ibu
mengajarkan anak-anaknya untuk membuang sampah sembarangan. seperti peribahasa
yang mengatakan 'bagaimana mungkin bayangan suatu tongkat akan lurus jika
tongkatnya bengkok'. Kondisi tersebut bisa jadi disebabkan karena Ibu muda
tersebut tidak dididik orang tuanya untuk membuang sampah pada tempatnya atau
lebih kreatifnya memanfaatkan sampah yang ada menjadi barang yang bermanfaat.
oleh karena itu, kita harus memutus mata rantai itu dengan memulai dari diri
sendiri dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Jika belum mampu untuk reduce-recycle-re use maka kita bisa memulainya dengan
re-think (berpikir ulang) untuk membuang sampah plastik sembarangan, kemudian
react yakni mengeksekusi sampah plastik itu untuk dibuang ke tempat sampah.
jika tidak menemukan tempat sampah kita bisa memasukan kedalam tas sampai
akhirnya menemukan tempat sampah. (sederhana kan?). Mari mulai saat ini juga!
jadi aktivis tidak sulit, juga tidak dibebani amanah yang sangat berat, yuk
jadi aktivis lingkungan!
Mahasiswi tadi tersadar dari renungannya, rumahnya sudah jauh terlewat. Ibu
muda dan anaknya pun ternyata sudah turun dari angkot tanpa dia sadari.
kemudian dia turun di pertigaan jalan dan menyerahkan uang ongkos kepada Bapak
supir angkot. dia menyebrang jalan untuk kembali naik angkotan kota yang
arahnya berlawanan dari angkutan kota yang dia naiki sebelumnya.
Sesampainya di gang rumah dia berjalan ke arah rumahnya. langkahnya tertahan
ketika dia melihat sampah gelas plastik yang sama seperti yang diminum anak
tadi tergeletak dijalan sempit gang. kemudian mahasiswi tersebut memungutnya
dan membuangnya ke tempat sampah yang tidak jauh jaraknya dari letak gelas
plastik yang dia pungut.
No comments:
Post a Comment